Part
2
Pagi
ini kusambut dengan penuh penantian. Rio datang menjemputku dengan gayanya yang
gentlemen. Entah mengapa jantungku
semakin berdegup kencang saat mata kami saling bertemu, kali ini kurasa aku ...
jatuh cinta padanya.
Kini
tiap hari aku selalu berangkat dan pulang kerja bersama dia, menaiki sepeda
motor kesayangannya. Hari libur pun aku sering hangout bersamanya. Entah itu hanya menemaninya membeli buku,
servis motor, menonton film, atau hanya sekedar berjalan-jalan mengelilingi
kota. Rasanya sehari saja tak melihat wajahnya kurasa ada yang kurang dari
diriku ini. Tapi aku tak mengerti kedekatan kami ini seperti apa karena jika
dikatakan teman kami lebih dari sekedar teman biasa, tetapi kami juga tak
menjalin hunungan asmara, jadi bisa dikatakan hubungan kami menurut bahasa
zaman kini adalah saling mem-PHP-kan. Tapi kurasa hubungan kami selama ini
sudah terlalu dekat, aku mulai risih, aku ingin status hubungan kami ini jelas.
Aku mulai memberi ‘kode-kode’ yang menunjukkan tentang perasaanku ini,
berkali-kali, tapi dia masih saja tak menanggapi ‘kode’ yang aku berikan. Aku
kecewa, aku mulai berfikir apa mungkin perhatian yang selama ini dia berikan
padaku hanya sebatas sebagai teman ? Entahlah mungkin aku hanya bisa menanti
sampai dia memiliki perasaan yang sama denganku.
Aneh,
tak biasanya dia telat datang menjemputku, aku sudah menunggu agak lama, tapi
Rio tak kunjung datang juga. Dia meng-SMS-ku, dia meminta maaf karena tak bisa
menjemputku pagi ini dengan alasan mengantar saudaranya. Karena lama menantinya
aku jadi telat tiba di kantor. Di kantor pun aku tak melihatnya, “apa dia
sedang sibuk ya ?”, tanyaku dalam hati. Ketika pulang dia meminta maaf lagi
karena tak bisa mengantarku pulang. Tapi ketika aku naik mobil umum aku
melihatnya sedang membonceng perempuan berambut sebahu. Aku kesal sekali karena
aku fikir dia mempunya urusan yang penting tapi dia malah membonceng perempuan
lain, mungkin perempuan itu adalah pacarnya. Karena kejadian tadi, aku rasa aku
harus mulai menjaga jarak dan menjaga perasaanku ini agar jika ketika aku jatuh
aku tak merasa sangat sakit.
Sudah
seminggu ini aku berangkat dan pulang kerja sendiri, ya hanya sendiri ! Aneh,
dia sama sekali tak mengabariku melalui media apapun. Aku kesal, kecewa, sedih,
apa kedekatan kami hanya sebatas ini, apa aku hanya dianggap teman mengobrol
biasa. Bayangkan saja bahkan ketika bertemu di kantor pun dia sama sekali tak
menatap mataku, memang apa salahku. Aku tak tahu mengapa sikapnya sedingin itu
kepadaku. Benci, perasaan itu yang aku yakini untuknya, tapi aku tak bisa
memungkiri bahwa aku tak bisa membuat perasaan benci itu untuknya. Semakin
kutanamkan perasaan itu semakin aku rindu senyumannya. Aku bingung harus
bagaimana, apa aku yang harus memulainya lagi ? Sudahlah tak usah, mungkin aku
hanya harus menyibukkan diriku agar tak selau terngiang namanya. Tapi ketika
aku mulai lupa tentang kehadirannya di perasaanku, dia tiba-tiba menchatku, menanyakan kabarku. Aku jawab
saja baik. Dia membalas agak lama, ternyata isi chatnya adalah dia memberi tahuku jika besok dia akan
dipindahtugaskan ke luar pulau Jawa, sontak aku kaget, apakah benar dia akan
pergi ? Sejauh itukah ? Padahal aku baru menemukan cinta pertamaku, tapi kenapa
nasibnya seperti ini. Bodohnya aku hanya membalas chatnya dengan singkat tanpa menanyakan hal lain. Bodoh ! Begitulah
yang kurasakan kini, aku hanya bisa mengumpati diriku sendiri, menyesali apa
yang telah kulakukan.
Sekarang
aku bisa apa, mencegahnya pergi ? Tak mungkin, aku hanya temannya. Seharusnya
aku mendukung apa yang dilakukan Rio sebagai temanku. Tapi Rio kuanggap lebih
dari seorang teman, aku tak mau dia pergi, sejauh itu. [Bersambung]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar