Part 2
Sebenarnya Rendi sudah melupakan cinta pertamanya, tapi Kinan terus saja
merengek untuk menceritakan masa lalunya itu. “Katanya kamu itu lelaki lemah ?
Pasti cinta pertama kamu itu susah banget ya buat dilupain”, tanya Kinan.
“Kenapa sih kamu mulai lagi dengan pertanyaan itu ?”, tanya Rendi kesal. “Ya
apa susahnya kamu cerita sedikit aja tentang cinta pertama kamu !” celetuk
Kinan kesal. “Tuh kan mulai deh ngambeknya, iya deh iya aku ceritain tapi
sedikit aja ya ..” kata Rendi yang menenangkan Kinan.
Flashback
Masa SMA itu memang masa dimana
hanya sebagian orang yang melewatkannya tanpa cinta. Begitu juga denganku, aku
yang kini menjalin cinta dengan kekasihku. Memang terlihat seperti cinta monyet
tapi sebenarnya aku memiliki cinta yang tulus untuk dia, kekasihku Rendi.
Rendipun terlihat sangat sayang kepadaku, tak terlihat senioritasnya walau dia
adalah kakak kelasku. Dahulu sebelum mengenal cinta aku malas sekali untuk
datang pagi ke sekolah tapi sejak ada Rendi semuanya berbeda. Dari mulai lebih
disiplin dalam datang ke sekolah sampai aroma persaingan yang timbul diantara
kita berdua. Rendi membuka sisi potitif yang ada pada diriku.
Pertemuan pertama kami mungkin
Rendi sama sekali tak menginagtnya, tapi aku sangat ingat ketika aku jatuh
cinta pada pandangan pertama dengannya. Aku melihatnya berjalan bersama
teman-temannya di lorong dekat lapangan upacara ketika aku mengikuti masa
orientasi siswa baru di SMA. Rasanya jantungku ‘dag-dig-dug’ tak karuan ketika
melihatnya. Melihatku senyum-senyum sendiri temanku bertanya “hei kamu kenapa
senyum-senyum begitu ? Naksir sama kakak yang barusan lewat yaa ..” Sontak saja
aku langsung menggelengkan kepala. Tapi lama kelamaan aku tak bisa memungkiri
detakan jantungku hanya untuknya. Setiap harinya aku hanya bisa memandanginya
dari kejauhan, mengambil fotonya diam-diam, men-stalker semua kegiatannya di Social
Media. Akupun menceritakan pada temanku dan reaksinya hanya menjawab “tuh kan
bener”. Mengetahui bahwa temanku itu orangnya sangat supel tidak terkecuali
dengan kakak kelas aku meminta bantuannya untuk menjadi ‘mak comblang’ dalam
misi cintaku.
Diapun menyetujuinya dan misi
pertama dimulai dari tahap perkenalan. Sebelum bertemu aku sangat bersemangat
dan percaya diri tapi ternyata setelah bertemu dengannya aku hanya bisa diam
dan senyum, aku malu sekali. Misi selanjutnya aku mengiriminya SMS dan
melakukan sesuai dengan apa yang temannku perintahkan. Misi selanjutnya adalah
berusaha ikut pulang bersama dengannya. Aku kira dia akan menolak tapi ternyata
dia sangat baik, dan setelah acara pulang bersama itu aku semakin dekat
dengannya. Misi terakhir adalah menunggu respon dari ketertarikan kak Rendi
kepadaku. “Kelihatannya sih kak Rendi juga suka sama kamu, ya udah kalau nanti
kamu ditembak bagi traktirannya yaaa” aku terngiang-ngiang kata-kata itu, dan
bunyi telefon itu membuyarkan anganku. “Hallo, kamu lagi sibuk ga dek kita
ketemuan yuk di taman kota” katanya lalu menutup telefon tanpa memberiku kesempatan
untuk menjawab. Itu suara kak Rendi ! Aku senang bukan kepalang, langsung saja
aku berganti baju untuk pergi ke taman kota. Dan klik, kak Rendi menyatakan
perasaannya padaku. Seketika aku terpaku, bibirku sangat kelu, saking lamanya
aku menjawab dia berkata “Yaah .. aku ditolak deh”. Aku kaget dan langsung
berkata “Ih engga kok, kata siapa ditolak, kakak sok tau deh”
Sejak saat itu aku resmi menjadi
kekasihnya dan tak disangka aku adalah cinta pertama lelaki yang cukup populer
di sekolah itu. Hubungan kami semakin dekat hingga selepas aku lulus dan kuliah
kami tetap berhubungan seperti biasa. Malah kami sudah sepakat untuk
membicarakan hubungan kami yang semakin serius ini kepada orang tua kami
masing-masing, dan kami ingin meresmikannya. Namun setelah sekian lama kami
menjalin hubungan ayahku belum mengetahuinya. Ternyata aku sudah dijodohkan
dengan anak dari teman ayahku. Aku sedih bukan kepalang, aku sudah berusaha
menjelaskan hubungannku dengan Rendi tapi memang ayahku adalah orang yang keras
kepala. Sangat berat memang untuk memberitahukannya kepada Rendi, aku bingung
harus bicara apa dan harus mulai dari mana. Tapi ayahku setiap hari sudah
mendesakku agar memutuskannya. Akhirnya dihari jadiku yang keempat tahun dengan
Rendi aku memutuskannya tanpa memberitahukan alasan yang jelas kepadanya, aku
hanya bilang bahwa aku sudah merasa tidak cocok lagi dengannya. Rendipun tak
percaya dengan apa yang kukatakan, ia berusaha memastikan berulang-ulang apa
yang telah kukatakan. Sungguh aku tak kuasa menahan air mataku yang sudah
berada di ujung pelupuk ini. Aku tak mau terlihat cengeng di depannya, langsung
saja aku berlari pulang.
Sejak saat itu aku berusaha tak
menjawab segala bentuk komunikasi darinya. Setiap hari rasanya aku ingin
menangis tersedu dan menghampirinya dengan mencabut semua perkataanku dihari
itu. Mungkin dia mulai lelah dan menyerah dengan cintanya kepadaku. Mungkin dia
berfikir aku memang sudah tak cocok lagi dengannya. Oh sungguh aku merasa
menjadi orang yang paling jahat di dunia ini.
Aku mulai menerima perjodohan
ini dengan terpaksa, tapi sungguh tak ada rasa cinta seperti saat ku bersama
Rendi. Entah berapa lama lagi aku harus belajar menerima perjodohan ini tanpa
bayang-bayang Rendi ...
“Oh begitu toh ceritanya, kasian dong kamu ditinggalin tanpa alasan yang
jelas gitu” kata Kinan. Tiba-tiba Rendi menggenggam tangan Kinan seraya berkata
“Makanya kamu jangan ninggalin aku ya, aku sayang banget sama kamu”. “Lebih
sayang aku apa cinta pertama kamu ?” jawabku. “Kamu” kata Rendi. Mendadak
jantungku berdebar, aku tersipu malu. [Bersambung]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar