Jumat, 04 Juli 2014

Kinan

Part 2
Sebenarnya Rendi sudah melupakan cinta pertamanya, tapi Kinan terus saja merengek untuk menceritakan masa lalunya itu. “Katanya kamu itu lelaki lemah ? Pasti cinta pertama kamu itu susah banget ya buat dilupain”, tanya Kinan. “Kenapa sih kamu mulai lagi dengan pertanyaan itu ?”, tanya Rendi kesal. “Ya apa susahnya kamu cerita sedikit aja tentang cinta pertama kamu !” celetuk Kinan kesal. “Tuh kan mulai deh ngambeknya, iya deh iya aku ceritain tapi sedikit aja ya ..” kata Rendi yang menenangkan Kinan.
Flashback
                Masa SMA itu memang masa dimana hanya sebagian orang yang melewatkannya tanpa cinta. Begitu juga denganku, aku yang kini menjalin cinta dengan kekasihku. Memang terlihat seperti cinta monyet tapi sebenarnya aku memiliki cinta yang tulus untuk dia, kekasihku Rendi. Rendipun terlihat sangat sayang kepadaku, tak terlihat senioritasnya walau dia adalah kakak kelasku. Dahulu sebelum mengenal cinta aku malas sekali untuk datang pagi ke sekolah tapi sejak ada Rendi semuanya berbeda. Dari mulai lebih disiplin dalam datang ke sekolah sampai aroma persaingan yang timbul diantara kita berdua. Rendi membuka sisi potitif yang ada pada diriku.
                Pertemuan pertama kami mungkin Rendi sama sekali tak menginagtnya, tapi aku sangat ingat ketika aku jatuh cinta pada pandangan pertama dengannya. Aku melihatnya berjalan bersama teman-temannya di lorong dekat lapangan upacara ketika aku mengikuti masa orientasi siswa baru di SMA. Rasanya jantungku ‘dag-dig-dug’ tak karuan ketika melihatnya. Melihatku senyum-senyum sendiri temanku bertanya “hei kamu kenapa senyum-senyum begitu ? Naksir sama kakak yang barusan lewat yaa ..” Sontak saja aku langsung menggelengkan kepala. Tapi lama kelamaan aku tak bisa memungkiri detakan jantungku hanya untuknya. Setiap harinya aku hanya bisa memandanginya dari kejauhan, mengambil fotonya diam-diam, men-stalker semua kegiatannya di Social Media. Akupun menceritakan pada temanku dan reaksinya hanya menjawab “tuh kan bener”. Mengetahui bahwa temanku itu orangnya sangat supel tidak terkecuali dengan kakak kelas aku meminta bantuannya untuk menjadi ‘mak comblang’ dalam misi cintaku.
                Diapun menyetujuinya dan misi pertama dimulai dari tahap perkenalan. Sebelum bertemu aku sangat bersemangat dan percaya diri tapi ternyata setelah bertemu dengannya aku hanya bisa diam dan senyum, aku malu sekali. Misi selanjutnya aku mengiriminya SMS dan melakukan sesuai dengan apa yang temannku perintahkan. Misi selanjutnya adalah berusaha ikut pulang bersama dengannya. Aku kira dia akan menolak tapi ternyata dia sangat baik, dan setelah acara pulang bersama itu aku semakin dekat dengannya. Misi terakhir adalah menunggu respon dari ketertarikan kak Rendi kepadaku. “Kelihatannya sih kak Rendi juga suka sama kamu, ya udah kalau nanti kamu ditembak bagi traktirannya yaaa” aku terngiang-ngiang kata-kata itu, dan bunyi telefon itu membuyarkan anganku. “Hallo, kamu lagi sibuk ga dek kita ketemuan yuk di taman kota” katanya lalu menutup telefon tanpa memberiku kesempatan untuk menjawab. Itu suara kak Rendi ! Aku senang bukan kepalang, langsung saja aku berganti baju untuk pergi ke taman kota. Dan klik, kak Rendi menyatakan perasaannya padaku. Seketika aku terpaku, bibirku sangat kelu, saking lamanya aku menjawab dia berkata “Yaah .. aku ditolak deh”. Aku kaget dan langsung berkata “Ih engga kok, kata siapa ditolak, kakak sok tau deh”
                Sejak saat itu aku resmi menjadi kekasihnya dan tak disangka aku adalah cinta pertama lelaki yang cukup populer di sekolah itu. Hubungan kami semakin dekat hingga selepas aku lulus dan kuliah kami tetap berhubungan seperti biasa. Malah kami sudah sepakat untuk membicarakan hubungan kami yang semakin serius ini kepada orang tua kami masing-masing, dan kami ingin meresmikannya. Namun setelah sekian lama kami menjalin hubungan ayahku belum mengetahuinya. Ternyata aku sudah dijodohkan dengan anak dari teman ayahku. Aku sedih bukan kepalang, aku sudah berusaha menjelaskan hubungannku dengan Rendi tapi memang ayahku adalah orang yang keras kepala. Sangat berat memang untuk memberitahukannya kepada Rendi, aku bingung harus bicara apa dan harus mulai dari mana. Tapi ayahku setiap hari sudah mendesakku agar memutuskannya. Akhirnya dihari jadiku yang keempat tahun dengan Rendi aku memutuskannya tanpa memberitahukan alasan yang jelas kepadanya, aku hanya bilang bahwa aku sudah merasa tidak cocok lagi dengannya. Rendipun tak percaya dengan apa yang kukatakan, ia berusaha memastikan berulang-ulang apa yang telah kukatakan. Sungguh aku tak kuasa menahan air mataku yang sudah berada di ujung pelupuk ini. Aku tak mau terlihat cengeng di depannya, langsung saja aku berlari pulang.
                Sejak saat itu aku berusaha tak menjawab segala bentuk komunikasi darinya. Setiap hari rasanya aku ingin menangis tersedu dan menghampirinya dengan mencabut semua perkataanku dihari itu. Mungkin dia mulai lelah dan menyerah dengan cintanya kepadaku. Mungkin dia berfikir aku memang sudah tak cocok lagi dengannya. Oh sungguh aku merasa menjadi orang yang paling jahat di dunia ini.
                Aku mulai menerima perjodohan ini dengan terpaksa, tapi sungguh tak ada rasa cinta seperti saat ku bersama Rendi. Entah berapa lama lagi aku harus belajar menerima perjodohan ini tanpa bayang-bayang Rendi ...
“Oh begitu toh ceritanya, kasian dong kamu ditinggalin tanpa alasan yang jelas gitu” kata Kinan. Tiba-tiba Rendi menggenggam tangan Kinan seraya berkata “Makanya kamu jangan ninggalin aku ya, aku sayang banget sama kamu”. “Lebih sayang aku apa cinta pertama kamu ?” jawabku. “Kamu” kata Rendi. Mendadak jantungku berdebar, aku tersipu malu. [Bersambung]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar