Part
3
Aku
benar-benar lemah tak memiliki keberanian untuk mencegahnya, akhirnya aku
kehilangan dia tanpa pernah sedikitpun aku menumpahkan isi hatiku tentangnya.
Aku kembali menjalani hari dengan sangat normal.
Seiring
waktu bergulir aku tetap nyaman dengan kesendirianku, berharap cinta pertamaku menyambut
kembali. Kini aku tak lagi menjadi karyawan di perusahan tempat aku bekerja
dahulu, aku memiliki restaurant yang
bergerak dibidang kuliner yang bermula dari usaha cathering kecil-kecilan. Bisa dibilang aku cukup sukses dalam usaha
yang aku geluti ini, karena sampai saat ini aku telah membiayai dua orang
adikku berkuliah sampai mereka wisuda dan memberangkatkan orang tuaku naik
haji. Aku bangga dengan kesusuksesan yang telah kugenggam. Namun, rasanya ada
yang kurang, ya, hati ini masih terkunci untuk orang lain, entah sampai kapan
aku akan merelakan cinta pertamaku.
Pagi
ini seperti biasa aku sedang mengecek kesiapan alat dan bahan serta para koki.
Dan handphoneku mulai bergetar, siapa
ya yang menelfon pagi-pagi seperti ini ? gumamku dalam hati. Rupanya ada yang
memesan meja untuk nanti siang. Tapi kurasa aku mengenali suara itu, suaranya
begitu hangat dan mendamaikan jiwa ini. Siangnya pelanggan yang memesan meja itu
datang, tapi ternyata aku belum pernah melihatnya. Ah mungkin hanya perasaanku
saja, pikirku.
Tapi
ternyata takdir memang mempertemukan kami. Tak lama pelanggan di meja 7 itu
melambaikan tangannya kepada seorang lelaki, oh Tuhan, lelaki itu, aku sangat
mengenalinya. Rio datang ! Rasanya aku bisa kembali bernapas dengan normal. Meskipun gaya rambut dan
berpakaiannya berbeda, Rio tetaplah Rio yang dapat membuat jantung ini copot.
Dilihat dari pakaiannya kini Rio sudah sukses, aku ingin tahu lelaki seperti
apa dia sekarang, masih samakah dengan Rio yang dulu. Oke fix, aku akan menemui Rio setelah acaranya selesai, aku
bergumam sendiri sembari senyum-senyum.
Dan
... ternyata seusai acaranya selesai ketika aku akan menghampiri Rio, sosok
wanita disebelahnya tiba-tiba menyenderkan kepalanya pada bahu Rio. Sontak aku
kaget, siapa wanita itu. Dia begitu manja dan Rio pun menanggapi kemanjaannya.
Otakku berfikir keras, apa dia pacarnya atau malah istrinya ? Oke, ayolah Diana
kamu harus berfikir jernih, umur Rio itu
terbilang sudah cukup untuk menikah, pasti wanita itu adalah istrinya. Lalu
bagaimana denganku, apa aku harus benar-benar membuang cinta pertamaku ?
Rasanya hati ini tak pantas untuk mencintainya lagi. [Bersambung]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar