Part 1
Saat mentari menyapa aku masih saja tak mau membuka mataku, entah mengapa hari ini aku merasa tak terpisahkan oleh guling kesayanganku, jam wekerku pun sudah memanggil-manggil tapi aku masih tak mau beranjak dari pembaringanku. Dan alhasil hari ini aku saling berkejaran dengan waktu untuk sampai di tempat kerja. Sialnya karena langit sudah sangat terang, jalan raya sangat dipadati penghuni setianya. Rasanya ingin seketika aku untuk membunuh waktu yang sudah kubuang percuma tadi. Sialnya lagi, mobil angkutan yang aku naiki bannya bocor, tamat sudah riwayatku hari ini jika aku terlambat karena aku masih dalam tahap percobaan di tempat kerjaku.
Saat mentari menyapa aku masih saja tak mau membuka mataku, entah mengapa hari ini aku merasa tak terpisahkan oleh guling kesayanganku, jam wekerku pun sudah memanggil-manggil tapi aku masih tak mau beranjak dari pembaringanku. Dan alhasil hari ini aku saling berkejaran dengan waktu untuk sampai di tempat kerja. Sialnya karena langit sudah sangat terang, jalan raya sangat dipadati penghuni setianya. Rasanya ingin seketika aku untuk membunuh waktu yang sudah kubuang percuma tadi. Sialnya lagi, mobil angkutan yang aku naiki bannya bocor, tamat sudah riwayatku hari ini jika aku terlambat karena aku masih dalam tahap percobaan di tempat kerjaku.
Namun
ditengah rasa resah dan kebingunganku, ada sesosok lelaki yang sepertinya aku
kenali sedang mengendarai sepeda motor. Ketika melihatnya aku sangat berharap
dia berhenti sejenak untuk menawariku duduk berkendara di belakangnya. Dan klik,
sesuai dengan harapanku dia berhenti, membuka helmetnya dan menepuk-nepuk jok
belakangnya sambil menyunggingkan senyuman termanisnya, persis seperti pangeran
berkuda yang datang menyelamatkan putri dari bahay yang mengintai. Aku pun tak
yakin dengan ajakannya sehingga aku bertanya dan memberi raut muka yang penuh
harap. Dia mengangguk dan langsung memberikan salah satu helmnya untukku. Spontan
aku berjingkrak kecil merasa sangat senang, dia menyadari tingkahku yang
kegirangan dan aku pun langsung menjaga sikap agar tak terlihat memalukan.
Tetapi dia malah mengacak-acak poni rambutku sambil tertawa kecil, dan seketika
aku merasa panas suhu tubuhku meningkat, jantungku berdetak lebih keras dari
biasanya, rasanya seperti aku tak mampu untuk menahan langit yang ingin runtuh.
Rasanya
perjalanan menuju kantor menjadi sangat lama sekali karena kejadian kecil tadi
padahal jaraknya sudah cukup dekat. Membayangkan hal itu aku jadi senyum-senyum
sendiri merasa senang tak karuan dan menertawai diriku sendiri karena mendadak
merasa aneh. Ketika aku turun dari motornya aku mengucapkan terima kasih dengan
salah tingkah. Sialnya selama bekerja aku jadi tak bisa berkonsentrasi penuh
karena hal yang bisa dibilang memalukan itu.
Ketika
jam kerja usai aku langsung berjalan untuk menemukan kendaraan untuk pulang.
Tiba-tiba ada yang menghampiriku dengan sepeda motor berwarna dominan hitam,
sepertinya aku mengenalinya. Dan ternyata firasatku benar ternyata Rio lagi,
lelaki yang pagi tadi memberikan tumpangan untukku. Aku bingung kenapa dia
menghampiriku, ternyata dia menawariku untuk pulang dengannya, langsung mukaku
memerah, entah mengapa aku merasa sangat malu untuk menjawab tawarannya,
tenggorokanku tercekat. Mungkin dia merasa aku terlalu lama mengiyakan jadi dia
turun dari motornya dan memakaikanku helm. Dan aku terpaku, hatiku meleleh
mendapat perlakuan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Wajar saja karena
aku ini tergolong perempuan yang cuek terhadap lelaki dan dunia percintaan.
Ketika
sampai di rumahku, aku mengucapkan banyak terima kasih sambil malu-malu, dia
pergi, tapi aku baru sadar kalau ternyata helm miliknya masih terpasang di
kepalaku yang imut ini. Aku berteriak memanggilnya tapi dia sudah terlalu jauh
untuk mendengar teriakanku. Jadi kuputuskan untuk mengembalikannya besok saat
di tempat kerja. Ketika malam sudah cukup larut ada yang mengirimiku pesan
singkat tapi aku tak mempunyai kontak nomor itu. Ternyata itu nomor Rio, aku
tak tahu kalau dia tahu nomorku, dia meng-SMS-ku untuk memberi tahu kalau besok
pagi dia akan ke rumah untuk menjemputku dengan alasan mengambil helm yang
tertinggal padaku. Dan sangat kebetulan sekali, karena aku tak perlu
repot-repot mencari alasan untuk bertemu lagi dengannya. Rasanya aku tak sabar
untuk melewati malam ini. Langsung saja aku menyetel jam wekerku pagi-pagi agar
tak kesiangan untuk bertemu lagi dengan Rio.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar